Menjemput Surga Di Kaki Ibu


Enlaista - Suatu ketika sahabat Rasullullah SAW bertanya kepadanya; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling pantas saya hormati?”

“Ibumu,” jawab Rasul.

“Siapa lagi ya Rasul?”

Rasul kembali menjawab, “Ibumu.”

“Setelah ibu siapa lagi ya Rasul?”

Untuk ketiga kalinya rasul menjawab, “Ibumu.

”Setelah itu barulah Rasul menjawab, “Ayahmu.”

Suatu pernyataan yang meretas akan kemuliaan seorang ibu. Bila anak muliakan ibu berarti anak akan meraih surga, sebaliknya bila anak durhakai ibu, maka nerakalah tempatnya. Ini bukanlah opini yang berlebihan, melainkan suatu fakta yang tak terbantahkan. Karena ibulah yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik buah hatinya hingga dewasa. Dan hanya ibulah yang bisa melakukan semua ini.


Menjadi ibu bukanlah peranan yang mudah untuk dijalani, Karena beban yang di letakkan di punggung ibu akan menyita tenaga dan duka lara. Tapi ibu selalu menjalani dengan ikhlas bahkan tanpa pernah mengeluh. Coba kita merenung, bagaimana jika ibu tidak ada? Apa yang akan terjadi pada anak-anaknya? Anak tidak akan pernah merasakan kasih seorang ibu yang tulus. Tidak ada yang bisa menandingi kasih sayang seorang ibu. Kasih ibu akan membawa anak-anaknya ke syurga. Maka selayaknyalah, ibu harus dihormati, dimuliakan, dihargai, dikasihi, dicintai dan disayangi. Namun realitanya, masih banyak ibu mendapatkan perlukuan yang kurang pantas dari anak-anaknya, bahkan sangat buruk. Ibarat air susu dibalas dengan air tuba. Banyak anak durhaka pada perempuan yang telah melahirkan, menimang, dan membesarkannya. Dalam tubuh anak telah mengalir air susu ibunya. Anak menganggap semua itu sudah kodrat seorang ibu. Yang ibu lakukan adalah kewajiban. Bila ibu tidak melakukan semua kewajibannya kepada anak-anaknya maka ibu akan memeroleh dosa. Tetapi sebaliknya mendurhaki ibu juga merupakan dosa, bahkan tergolong dosa besar. Bila seorang anak durhaka pada ibu dan tidak mendapat ampunan atau maaf dari ibu, maka anak tersebut tidak akan mendapatkan surganya.

Sadarkah anak disaat kau tumbuh di rahim ibu, ia mengalami perubahan pada tubuh dan selera atau yang disebut masa ngidam. Bahkan mengalami masa ngidam hingga muntah darah dan harus diinfus. Namun ibu tidak pernah mengeluh bahkan mengumpat. Ibu selalu bahagia, walau jabang bayi menendang-nendang perutnya, ibu akan membalas dengan mengelus perut sambil tersenyum, sembari berkata; “Ia sayang.” Ketika kau dilahirkan, ibu telah mempertaruhkan nyawa demi kehadiranmu di atas dunia, bila ibu harus memilih, anak atau ibu yang harus diselamatkan, ia akan menjawab selamatkan anakku. Artinya ibu rela meninggal demi buah hatinya. Tidak sedikit nyawa ibu melayang ketika melahirkan anaknya. Ibu pantas kita sebut syuhada, rela berkorban nyawa. Semua ibu mengatakan melahirkan itu sangat sakit, tapi ibu tidak pernah menyesal melahirkanmu. Ibu pasti bahagia, bahkan meneteskan air mata ketika mendengarkan tangisan pertama anaknya. Setelah anak lahir, pengorbanan ibu belum berakhir. Ibu menyusui mu hingga umurmu dua tahun. Di tengah lelap tidurnya, kau menangis untuk disusui, ibu pasti bangun untuk menyusuimu. Kapan dan di manapun ia selalu siap menyusui. Ibu selalu bersenandung menidurkanmu. Bila kau bangun, ia mengendongmu ke mana-kemana. Sementara kau akan terus menangis di tengah keletihan ibu. 

Cinta ibu sepanjang jalan, cinta anak sepanjang penggalan (galah). Pepatah yang tak pernah lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Artinya kasih sayang ibu sangat tulus kepada anaknya dan tidak akan pernah memudar. Ibu tidak pernah mengharapkan emas permata, dan istana. Yang ia harapkan hanya perhatian dan kasih sayangmu. Kasihilah dia seperti ia mengasihimu dan sayangilah dia seperti ia menyangimu. Janganlah ibu kau jadikan seperti peribahasa; “Habis manis sepah dibuang.” Banyak ibu-ibu yang terabaikan. Anak terlalu sibuk dengan karir dan keluarga. Kau tidak pernah melihat ibu yang telah renta, bahkan ketika Idul Fitri tiba pun kau tak sempat bersimpuh mohon ampunannya. Sehingga ibu selalu menahan rindu. Ibu selalu ingat ketika kau pergi dan pulang sekolah kau mencim tangannya. Ketika kau tidur ibu akan menyelimuti dirimu dan menghalau nyamuk yang mengigiti kulitmu. Ibu juga masih ingat ketika kau menangis-nangis ketika kau disunat. “Semuanya ibu masih ingat anakku,” bisik ibu dalam hatinya. Tapi anak bak kacang lupa dengan kulit, kau tak mungkin langsung besar tanpa sentuhan lembut tangan ibu. Ibu yang telah merawatmu dan membesarkanmu.

Sekarang ibu telah renta kau tega menyerahkan ibumu dengan perawat atau pembantu saja, bahkan ada yang durhaka mengantarkan ibumu ke panti jompo. Dari kecil engkau ditimang-timang setelah besar engkau menendang. Anak yang durhaka adalah anak yang tidak punya hati nurani. Ia tidak pernah tersentuh hatinya pada kasih sayang ibu. Ciri anak durhaka akan meninggikan suaranya dari suara ibu, kau tutup telingamu ketika ia menasihatimu, kau cibirkan mukamu merendahkan ibu, bahkan kau sumpahkan ibu supaya cepat mati dan tidak menganggumu lagi. Jadi berbaktilah kau pada ibu, jangan sia-siakan ia. Sayangilah ia sepertia ia menyangimu dan merawatmu di waktu kecil. Hadapkan muka cerahmu pada ibu, lunakkan suaramu pada ibu, dan ciumlah tangannya seperti yang telah kau lakukan di waktu kecilmu. Ajari juga keluargamu untuk mencintai ibumu. Raihlah ridha ibumu supaya hidupmu bahagia dunia dan akhirat. Jemputlah surgamu di kaki ibu. Jika hal itu belum pernah kau lakukan pada ibu, sadarlah selagi ibu masih diberi Tuhan kehidupan. Mohon ampun padanya dan berikanlah kasih sayangmu lebih dari yang pernah kau lakukan selama ini. Semoga di akhirat kelak pintu surga akan terbuka untukmu. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar